Makan Berjamaah
Mediapenalaran.com - Alangkah
nikmatnya ngumpul sama sahabat ngobrol dan makan. Meski dengan hidangan
seadanya. Namun benar benar lezat dan gembira.
Banyak riwayat yang menceritakan Nabi
Muhammad SAW makan bersama para sahabatnya radhiyallaahi 'anhum. Baik
sedang mukim maupun dalam perjalanan.
Ternyata memang ngumpul
dan makan memiliki keuatamaan. Baik dalam hal berbagi rejeki maupun
untuk memupuk kebersamaan dan persaudaraan.
Namun makan seperti
ini adalah makan yang disunnahkan dalam agama kita. Makan seperti ini
dinilai lebih berkah, bahkan dikatakan bahwa sebenarnya satu porsi
makanan itu bisa cukup untuk dua orang dan empat porsi untuk delapan
orang.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda:
“Makanan
porsi dua orang sebenarnya cukup untuk tiga, makanan tiga cukup untuk
empat.” (HR. Bukhari no. 5392 dan Muslim no. 2059, dari Abu Hurairah).
Dalam lafazh Muslim disebutkan,
“Makanan porsi satu orang
sebenarnya cukup untuk dua, makanan dua sebenarnya cukup untuk empat,
dan makanan empat sebenarnya cukup untuk delapan.”
Ibnu Hajar
dalam Fathul Bari (9: 535) berkata, “Kecukupan itu datang karena
keberkahan dari makan secara berjama’ah. Cara jama’ah ini membuat yang
menikmati makanan itu banyak sehingga bertambah pula keberkahan.”
Bahwa
makan berjama’ah akan mendatangkan keberkahan adalah riwayat dari
Wahsyi bin Harb dari ayahnya dari kakeknya bahwa para sahabat Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan
dan tidak merasa kenyang?” Beliau bersabda, “Kemungkinan kalian makan
sendiri-sendiri.” Mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda, “Hendaklah
kalian makan secara bersama-sama, dan sebutlah nama Allah, maka kalian
akan diberi berkah padanya.” (HR. Abu Daud no. 3764. Kata Al Hafizh Abu
Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini dho’if. Sedangkan Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Ibnu Baththol berkata,
“Makan secara bersama-sama adalah salah satu sebab datangnya barokah
ketika makan.” (Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 18: 121)
Ibunda ‘Aisyah ra, ia berkata,
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah makan bersama enam orang
sahabatnya, lantas Arab Badui datang lalu memakan makanan beliau dengan
dua suapan.” (HR. Tirmidzi no. 1858, Abu Daud no. 3767, Ibnu Majah no.
3264. Sanad hadits ini shahih kata Al Hafizh Abu Thohir).
Juga
kita dapat lihat praktek sahabat mengenai makan secara berjama’ah. Dari
Nafi’, ia berkata bahwa dahulu Ibnu ‘Umar tidak makan kecuali setelah
didatangkan orang miskin dan beliau makan bersamanya. Kemudian Nafi’
pernah memasukkan seseorang untuk makan bersama Ibnu ‘Umar, lalu orang
tersebut makan banyak. Ibnu ‘Umar pun berkata, “Wahai Nafi’, jangan
masukkan orang ini untuk makan bersamaku, karena aku pernah mendengar
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seorang mukmin makan untuk satu usus, namun orang kafir untuk tujuh usus.” (HR. Bukhari no. 5393 dan Muslim no. 2060)
Sebagaimana
disebutkan dalam Syarh Muslim, ada ulama yang menjelaskan bahwa yang
dimaksud adalah seorang mukmin biasa makan bersifat pertengahan. Imam
Nawawi rahimahullah juga berkata bahwa para ulama mengatakan tentang
maksud hadits yaitu untuk memiliki sedikit dunia, motivasi untuk zuhud
dan qona’ah (hidup berkecukupan). Dan memang sedikit makan adalah bagian
dari baiknya akhlak seseorang, sedangkan banyak makan itu kebalikannya.
Adapun
perkataan Ibnu ‘Umar dalam hadits di atas tentang si miskin yang makan
bersamanya dengan lahapnya, lantas beliau ucapkan pada Nafi’, “Jangan
masukkan orang ini untuk makan bersamaku lagi”. Dikatakan seperti itu
karena si miskin tersebut menyerupai (tasyabbuh pada) orang kafir. Siapa
saja yang menyerupai orang kafir, maka dimakruhkan bergaul dengannya
tanpa ada hajat atau bukan keadaan darurat. Lihat Syarh Shahih Muslim
karya Imam Nawawi, 14: 25-26.
Hadits ini juga menjadi anjuran
makan berjama’ah (bersama-sama dengan muslim lainnya) apalagi bersama
orang miskin. Apalagi kita tahu bahwa Ibnu ‘Umar itu sangat bersemangat
sekali melaksanakan ajaran Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
Luar
biasa dampak ngumpul makan. Simpel dan manjur. Maka saya sangat senang
untuk ngumpul sama kawan kawan dan makan. Baik sebagai orang yang
diundang maupun saya yang ngundang. Suasana berjamaah jadi makin cair,
enjoy dan erat. Memang hati manusia itu tergantung kondisi yang meliputi
nya. Anda belum pernah Sobat? Cobalah dijamin ketagihan. Hati senang
perut kenyang.
Selamat berjunag Sobat, makin satu makin padu. Makan yuuuk![]